Bawean Mimpi Jadi Bali ( 2 )
>> Kamis, 06 Mei 2010
Gresik -
Susahnya transportasi ke Bawean membuat biro perjalanan kurang berminat pada daerah ini. Selain itu, objek wisata unggulan yang selama ini ditawarkan di kepulauan yang jaraknya sekitar 81 mil laut dari pesisir Gresik ini juga dirasa kurang menarik wisatawan. Haryono yang juga pemilik biro perjalanan wisata Haryono Tours and Travel ini mencontohkan, wisata di Gunung Bromo yang perjalanannya sama-sama sulit pun masih sepadan dengan objek wisata yang bisa dinikmati. “Kalau ke Bromo, meskipun sama-sama sulit, tapi objeknya sangat indah dan seimbang dengan perjalanan yang harus ditempuh. Nah kalau ke Bawean, dengan perjalanan sejauh itu, apakah seimbang dengan objek wisata yang didapatkan?” tanyanya.
Keberagaman objek wisata juga jadi sorotan serius Asita. Haryono menjelaskan, wisatawan bisa berkali-kali berkunjung ke Bali karen disana banyak objek wisata. “Banyak sekali objek wisata yang bisa dinikmati di Bali sehingga wisatawan mendapat banyak pilihan dan bisa datang ke sana berkali-kali,” tuturnya.
Haryono menegaskan, bila pemerintah ingin serius menggarap potensi wisata Bawean sebagai salah satu ikon baru pariwisata di Jatim, dua kebutuhan pokok tersebut harus dipenuhi. Selain itu, promosi juga harus terus digencarkan Pemerintah Kabupaten Gresik.
“Kami contohkan Lombok, meskipun jauh, tapi pemerintah setempat serius menggarap pariwisata di sana. Mereka juga gencar melakukan promosi sejak bertahun-tahun lalu. Keinginan menjadikan Bawean seperti Lombok atau Bali bukan hal yang tidak mungkin asal ada kemauan dari pemerintah,” tandasnya.
Haryono sendiri mengaku siap diundang ke Bawean untuk melihat langsung perkembangan objek wisata disana. Haryono juga siap membantu mempromosikan Bawean sebagai tujuan wisata baru dengan catatan pemerintah setempat sudah mempersiapkan sarana dan prasarana dengan baik.
Selain kapal laut, sebenarnya Bawean sudah lama mengupayakan adanya lapangan terbang perintis. Namun, rencana pembangunan lapangan terbang itu berkali-kali tersendat. Selain terganjal pembebasan lahan, proyek itu juga mangkrak karena kasus korupsi yang melibatkan sejumlah oknum pejabat pemerintah kabupaten dan saat ini kasusnya masih ditangani kepolisian setempat.
Kendala pembebasan lahan muncul lantaran belum ada kesepakatan harga antara Pemkab Gresik dengan warga pemilik lahan. Rencananya di lahan seluas 4 hektare yang belum bisa dibebaskan tersebut bakal dibangun runway pesawat.
Sebelumnya sempat menjadi pertimbangan pemerintah apabila tidak tercapai kesepakatan, maka runway pesawat bakal digeser dengan mereklamasi laut, mirip runway Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Pembangunan lapter itu menggunakan dana patungan, pemerintah pusat, Provinsi Jatim, dan Pemkab Gresik. Pemkab Gresik harus menyediakan lahan sekitar 60 hektare, sementara pemerintah pusat dan Pemprov Jatim membangun fasilitas pendukungnya.
Pemkab Gresik sendiri pernah mentargetkan lapter Bawean harus rampung tahun 2007, namun hingga kini belum terwujud
Foto : JawaPost
0 komentar:
Posting Komentar